Saturday, January 28, 2012

Analisis Tenggelamnya Kapal Costa Concordia di Pulau Isola Del Giglio Italia

Costa Concordia
Sebelum memulai posting ini penulis ingin mengatakan bahwa, " Tidak ada seorangpun yang menginginkan kecelakaan menimpa dirinya, demikian juga penulis yakin dengan Captain Francesco Schettino, nakhoda kapal Costa Concordia juga tidak menginginkan kecelakaan kapal ini terjadi."

Kita mengetahui bahwa pada tanggal 13 Januari 2012 telah terjadi tenggelamnya kapal pesiar mewah Costa Concordia di perairan pantai Pulau Isola Del Giglio, Italia.

Kapal pesiar mewah Costa Concordia adalah kapal pesiar terbesar ke 26 di dunia yang mempunyai panjang 291 meter, lebar 38 meter, tinggi 60 meter dari permukaan air dengan bobot mati 114.500 ton. 

Costa Concordia berlayar dari Pelabuhan Civitavechia di dekat Roma dan melakukan pelayaran pesiarnya mengelilingi Laut Tengah dan dijadwalkan akan berhenti di Palermo, Cagliari, Palma, Bercelona (Spanyol) dan Marseille (Perancis).

Ada yang menuding Captain Francesco Schettino, Captain Kapal Costa Concordia sebagai orang yang harus bertanggungjawab, namun ada yang menduga tragedi itu disebabkan oleh gangguan sistem listrik atau gugusan karang yang belum dipetakan.


Yang pasti tak lama setelah pelayaran dimulai para penumpang mendengar bunyi ledakan dan kapal diliputi kegelapan.

Teori pertama didasari keterangan Captain atas peristiwa itu bahwa dia menabrak karang yang belum diketahui dan memutuskan untuk menepikan kapal menuju perairan dangkal yang aman di dekat Pulau Isola Del Giglio. Di situ kapal kembali menghantam karang dan terguling ke sisi kanan kapal.


Teori kedua adalah terjadinya gangguan listrik yang mempengaruhi alat navigasi kapal atau kerusakan komputer yang mengacaukan sistem navigasi kapal sehingga kapal berlayar terlalu dekat dengan pantai dan akhirnya berlayar menabrak karang.


Kecerobohan dan kelalaian manusia menjadi penyebab tragedi  yang menewaskan beberapa penumpang kapal tersebut. Kurangnya pengawasan menyebabkan kapal kandas di perairan dangkal.(Sumber Tempo Januari 2012)


Dari sumber lain dikatakan bahwa Captain Costa Concordia Francesco Schettino kepada para penyidik mengakui telah melakukan kesalahan navigasi sehingga kapal pesiar itu menabrak karang. Captain Francesco Schettino mengatakan dia terlambat memberi perintah berbelok saat kapal mewah itu berlayar mendekati pulau.


Kepada para penyidik , Captain Francesco Schettino dia memutuskan untuk berlayar dekat Pulau Isola Del Giglio untuk mengormati seorang mantan Captain kapal yang tinggal di pulau tersebut. "Saya melakukan navigasi murni mengandalkan penglihatan karena saya tahu kedalaman laut itu dengan baik. Selain itu saya sudah melakukan manuver ini tiga atau empat kali," kata Schettino. "Namun kali ini saya terlambat memerintahkan awak untuk membelokkan kapal dan akhirnya kami berakhir di perairan yang terlalu dangkal. Saya tak tahu mengapa hal ini bisa terjadi, " lanjut dia. (Sumber Kompas 19 Junuari 2012).


Dari berbagai teori yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dalam pelayaran Costa Concordia, penulis mencoba menganalisis kejadian tersebut sebagai berikut:
  1. Spekulasi yang  mengatakan Captain Fransesco Schettino sedang mabuk sementara kita diabaikan.
  2. Teori mengenai kerusakan kelistrikan yang mempengaruhi kesalahan pada sistem komputer alat navigasi kapal sementara kita abaikan.
  3. Kita menganggap bahwa kondisi kapal baik alat navigasi maupun keadaan mesin kapal dalam keadaan normal.
  4. Kita akan menfokuskan pada cara bernavigasi secara visual di alur pelayaran sempit dan dangkal.  
Sesuai dengan Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut (P2TL) atau Collsion Regulation (Collreg) 1972 yang menyebutkan bahwa :
- Aturan 5 : Pengamatan Keliling. Setiap kapal harus selalu mengadakan pengamatan keliling yang layak dengan penglihatan dan pendengaran maupun menggunakan semua peralatan yang tersedia dalam keadaan-keadaan dan kondisi yang ada sehingga dapat memperhitungkan benar-benar terhadap situasi dan bahaya tubrukan.
- Aturan 6 : Kecepatan Aman. Setiap kapal harus bergerak dengan kecepatan yang aman sehingga dapat mengambil tindakan yang layak dan efektif untuk menghindari tubrukan serta dapat diberhentikan dalam jarak sesuai dengan kondisi dan keadaan yang ada.
Dalam memperhitungkan kecepatan aman faktor-faktor berikut diperhitungkan antara lain :
a. Oleh semua kapal  :
  • Kedaan penglihatan.
  • Kepadatan lalu lintas, termasuk pemusatan kapal-kapal ikan atau kapal-kapal lain.
  • Kemampuan oleh gerak kapal termasuk jarak henti termasuk kemampuan berputar dalam kondisi yang ada.
  • Pada malam hari adanya cahaya latar belakang misalnya dari penerangan di darat atau dari pantulan penerangannya sendiri.
  • Kedaan angin, laut dan arus, dan bahaya navigasi yang ada di sekitarnya.
  • Sarat kapal sehubungan dengan kedalaman air yang ada.
b. Sebagai tambahan, bagi kapal-kapal yang dilengkapi dengan radar dan bekerja dengan baik :
  • Ciri-ciri, efisiensi dan keterbatasan pesawat radar. 
  • Setaip pembatasan yang disebabkan oleh skala jarak yang digunakan.
  • Pengaruh keadaan laut, cuaca dan sumber interferensi lain pada deteksi radar.
  • Kemungkinan bahwa kapal-kapal kecil, es dan benda-benda terapung lainnya tidak dapat dideteksi oleh radar pada jarak yang cukup.
  • Jumlah, posisi dan pergerakkan kapal-kapal yang dideteksi radar.
  • Berbagai penilaian penglihatan yang lebih pasti yang mungkin di dapat bila radar digunakan untuk menentukan jarak kapal-kapal atau benda-benda lain di sekitarnya.
- Aturan 7 : Bahaya Tubrukan 
a. Setiap kapal harus menggunakan semua peralatan yang tersedia sesuai dengn keadaan dan kondisi yang ada untuk menentukan ada tidaknya bahaya tubrukan, jika ada keragu-raguan maka bahaya demikian itu harus dianggap ada.
b. Pesawat radar harus digunakan setepat-tepatnya, jika ada dan harus dioperasikan dengan baik termasuk penelitian jarak jauh untuk mendapatkan peringatan awal dari bahaya tubrukan dan radar plotting atau pengamatan sistematis yang serupa atas benda-benda terdeteksi.
c. Perkiraan-perkiraan tidak boleh dibuat atas dasar keterangan yang kurang sesuai, terutama yang berkenaan dengan keterangan radar.
d. Dalam menentukan bahaya tubrukan diantaranya harus dipertimbangkan kedaan berikut ini:
  • Bahaya demikain harus dinggap ada, jika baringan pedoman kapal yang mendekat tidak menunjukkan perubahan yang berarti.
  • Bahaya demikian kadang-kadang terjadi walaupun perubahan baringan nyata, terutama bila mendekati sebuah kapal besar atau tundaan atau bilamana mendekati pada kapal pada jarak dekat.
- Aturan 8 : Tindakan Untuk Menghindari Bahaya Tubrukan

a. Setiap tindakan yang diambil untuk menghindari bahaya tubrukan jika keadaan mengijinkan, harus tegas, dilakukan pada waktu yang cukup dengan mengingat kecakapan pelaut yang baik.
b. Setiap perubahan haluan dan atau kecepatan yang dilakukan utnuk menghindari tubrukan jika keadaan mengijinkan harus cukup besar sehingga segera jelas bagi kapal lain yang mengamatinya baik secara visual maupun radar, perubahan-perubahan kecil pada haluan dan atau kecepatan secara beruntun harus dihindari.
c. Jika ruang gerak di laut cukup, perubahan haluan saja mungkin tindakan yang paling tepat untuk menghindari situasi yang terlalu dekat, dengan ketentuan perubahan itu dilakukan pada saat yang tepat, nyata dan tidak menimbulkan situasi yang terlalu dekat dengan yang lain.
d. Tindakan lain utnk menghindari tubrukan dengan kapal lain harus sedemikian rupa sehingga menhasilkan pelewatan pada jarak yang aman. Ketepatan tindakan harus diperiksa secara seksama sampai kapal lain dilewati dan bebas.
e. Untuk menghindari tubrukan atau untuk memberikan waktu yang lebih banyak untuk menilai keadaan, jika perlu kapal mengurangi kecepatan atau menghilangkan laju sama sekali dengan memberhentikan atau mengundurkan alat penggeraknya.(Sumber : P2TL/Collision Regulation 1972)


Pada peristiwa Costa Concordia penulis menfokuskan pada cara bernavigasi secara visual di alur pelayaran sempit dan dangkal.
Seperti dilansir harian Kompas 19 Januari 2012 mengatakan kepada para penyidik , Captain Francesco Schettino dia memutuskan untuk berlayar dekat Pulau Isola Del Giglio untuk mengormati seorang mantan Captain kapal yang tinggal di pulau tersebut. "Saya melakukan navigasi murni mengandalkan penglihatan karena saya tahu kedalaman laut itu dengan baik. Selain itu saya sudah melakukan manuver ini tiga atau empat kali," kata Schettino. "Namun kali ini saya terlambat memerintahkan awak untuk membelokkan kapal dan akhirnya kami berakhir di perairan yang terlalu dangkal. Saya tak tahu mengapa hal ini bisa terjadi, " lanjut dia.

Ada beberapa kemungkinan yang terjadi dari peristiwa Costa Concordia :

Analisis yang pertama adalah :

Seperti dalam analisa video youtube Costa Concordia Animated Timeline Of Disaster Costa Concordia berlayar dari Pelabuhan Civitavechia, dekat Roma pada tanggal 13 Januari 2012 jam 19.00 waktu setempat dengan tujuan mendekat Pulau Isola Del Giglio dengan haluan diperkirakan 292 derajat dan berlayar dengan kecepatan sekitar 16.1 knot. Karena dengan jarak tempuh 40.2 nautical miles sudah mendekat pulau Le Scole (Pulau kecil di sebelah Pulau Isola Del Giglio) pada jam 21.30 waktu setempat.

Kapal Costa Concordia pertama kali menabrak karang di dekat Pulau kecil Le Scole karena terlambat berbelok ke kanan menjauhi gugusan pulau kecil Le Scole di pinggiran Pulau Isola Del Giglio sehingga kapal terlalu dekat dengan pulau tersebut. Menyadari kapalnya menabrak karang dekat pulau kecil Le Scole dan kapal mengalami kebocoran mengakibatkan kapal miring ke kanan maka nakhoda memutuskan mengurangi kecepatan kapal dan berusaha mengandaskan kapal untuk menyelamatkan kapal dan penumpang. Salah satu pulau yang paling dekat dan aman untuk dituju adalah gugusan pulau kecil Cala Del Lazzaretto sebuah pulau di pinggiran Pulau Isola Del Giglio. Dalam proses mendekati Pulau Cala Del Lazzaretto kapal berusaha berlabuh jangkar untuk mengurangi kecepatan kapal dan kembali menabrak karang Cala Del Lazzaretto dan kapal berputar ke kiri mencari tempat yang dalam dan air terus masuk ke dalam ruangan kapal yang kosong di sebelah kanan sehingga kapal miring ke kanan dan terguling.

Analisis kedua adalah :
Gambar 1.

Gambar 1

Pada Gambar 1, Seperti dalam analisa video youtube Costa Concordia Animated Timeline Of Disaster Costa Concordia berlayar dari Pelabuhan Civitavechia, dekat Roma pada tanggal 13 Januari 2012 jam 19.00 waktu setempat dengan tujuan mendekat Pulau Isola Del Giglio dengan haluan diperkirakan 292 derajat dan berlayar dengan kecepatan sekitar 16.1 knot. Karena dengan jarak tempuh 40.2 nautical miles sudah mendekat pulau Le Scole (Pulau kecil di sebelah Pulau Isola Del Giglio) pada jam 21.30 waktu setempat. 

Gambar 2.

Gambar 2.
Pada Gambar 2, Costa Concordia mendekati gugusan pulau kecil Le Scole dan merubah haluan ke arah  327 derajat dengan jarak hanya 0.596 nautical miles terhadap Pulau kecil Cala Del Lazzaretto. Ya.. hanya berjarak 0,596 nautical miles dengan pulau karang Cala De Lazzaretto adalah terlalu dekat. Menurut perkiraan penulis Costa Concordia akan mengurangi kecepatannya hingga menjadi 10-15 knot, karena sesuai tujuan utamanya tujuan mendekat Pula Isola Del Giglio adalah untuk menghormati mantan Captain kapal yang tinggal di pulau tersebut.

Dengan haluan yang diarahkan ke Pulau karang Cala De Lazzaretto dan dengan jarak hanya 0,596 nautical miles dengan kecepatan 10 knot maka Costa Concordia hanya mempunyai waktu kurang dari 3 menit 36 detik untuk merubah haluan supaya bebas dari pulau karang Cala De Lazzaretto. Waktu yang sangat singkat untuk kapal sepanjang 291 meter tentunya.

Gambar 3.

Gambar 3.
Pada Gambar 3. Costa Concordia yang hanya mempunyai waktu kurang dari 3 menit 36 detik untuk merubah haluan menghindari pulau karang Cala De Lazzaretto terlambat berbelok dan mengenai pulau karang yang mengakibatkan bocor di lambung sebelah kiri. Menyadari kapalnya bocor Captain berusaha mengurangi kecepatan kapal dengan cara berlabuh jangkar serta mengandaskan kapal di tempat yang dangkal sehingga kapal berputar ke kiri mencari tempat yang dalam yang berada di tepi kanannya namun air terlanjur masuk ke dalam kapal (ruang kosong di sisi kanan kapal) dan mengakibatkan kapal miring ke sisi kanan sehingga kapal terguling.

Dari analisis di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
  1. Bila bernavigasi pada malam hari hendaknya tidak hanya mengandalkan penglihatan saja karena kita harus memperhitungkan adanya pengaruh cahaya latar belakang misalnya dari penerangan di darat atau dari pantulan penerangannya sendiri yang kemungkinan mengganggu perhitungan akurasi jarak yang sebenarnya. 
  2. Dalam bernavigasi kita harus selalu memperhitungkan akurasi jarak, kecepatan dan waktu yang cukup untuk menghindari tubrukan dan menggunakan semua peralatan navigasi yang tersedia diatas kapal untuk selalu memperhitungkan faktor-faktor tersebut.
  3. Diperlukan pengawasan ekternal seperti Vessel Traffic Information System (VTIS) untuk memantau pergerakan kapal yang berlayar di dekat pantai secara riil time.
Sekali lagi ini adalah analisis video yang penulis terjemahkan ke dalam perhitungan navigasi.
Semoga bermanfaat. 

Oleh : Heri Sujono
Sumber data : Collision Regulation 1972, Tempo, Kompas dan Youtube.